Sepucuk Surat Terakhir

Anneyong Haseyo, Chingudeul pernahkah kau berfikir sudah berapa jauh kau melangkah meninggalkan masa lalu. meninggalan kenangan lalu yang terlewat oleh waktu, pernahkan saat telah jauh kau berjalan kau menemukan bahwa kenangan masa lalu itu ada dan nyata, kenangan masa lalu itu ternyata bukan memori mimpi yang hilang dalam bayangan namun sebuah realita yang memang sudah terlewati.

633_524801674200744_1924332609_n

ini adalah realita yang telah lama hilang, realita yang telah pergi dalam perbedaan jalan dan waktu yang terus menggiring ku dan meninggalkan sebuah kenangan dalam kejadian nyata, bukan mimpi, bukan impian, bukan sekedar kenangan dan juga bukan angan angan. masa lalu mungkin berlalu dan kita hidup dalam masa sekarang dan gapaian masa depan. jalan mungkin tak lagi mempertemukan, namun didalam otak dan pikiran memori tak akan hilang karena memang otak kita di rancang untuk merekam kejadian yang telah kita lalui.

Sepucuk Surat Terakhir, sebuah surat Sedih yang pernah ku bacakan. Sebuah untaian kata yang menggambarkan kejadian yang terjadi serta pilihan dalam keputusan. ya, Sepucuk Surat terakhir ini menyemangati dalam kesedihan, dia tertulis dengan untaian kalimat dan kata, tersimpan dalam bentuk kumpulan huruf huruf sebelum semuanya hilang dalam perjalanan.

Sepucuk Surat Terakhir dengan pesan,  Maaf aku belum bisa memberikan senyumku. Mungkin untuk beberapa saat dan entah sampai kapan. mungkin kau sudah tersenyum, mungkin… karena hanya kau dan Tuhan Mu yang tau.

Sepucuk Surat Terakhir sampaikan salam dan maafku.

2 thoughts on “Sepucuk Surat Terakhir

  1. Ping-balik: Menanam Itu Menyenangkan | ekoeriyanah

  2. Ping-balik: Keluargaku Sawah dan ladangku | ekoeriyanah

Tinggalkan komentar